Pages

Sabtu, 23 Juli 2016

Sudut Kalisat Dokumenter

Sabtu, 23 Juli 2016
Pada 23 Juli 2016, sebuah group Facebook terbentuk, namanya Sudut Kalisat Dokumenter. Ia sebuah gagasan lama dengan ide-ide yang baru. Dicita-citakan untuk 'menemani' group yang lebih dahulu ada, namanya Kari Kecingkul. Untuk blog Kari Kecingkul, bisa Anda kunjungi di sini.

Semoga kehadiran grup ini bisa memberi manfaat, serta semakin memperkaya sudut pandang kita tentang Kalisat --dan sekitarnya.

"Jika kari kecingkul lebih banyak membahas hal-hal lampau, sudut kalisat dokumenter akan lebih diutamakan untuk hal-hal terkini, dan juga untuk berdiskusi. Dengan demikian keduanya bisa saling menguatkan."
RZ Hakim

Adapun pembuka pada Group Facebook Sudut Kalisat Dokumenter bisa Anda baca di bawah ini;

SKa Dokumenter hanyalah nama lain dari Sudut Kalisat Dokumenter. Ia mengusung gagasan untuk mendokumentasikan segala hal di Kalisat --dan sekitarnya-- dari berbagai sisi. Produk yang dilahirkan tak hanya video, melainkan juga foto, catatan, dll. Kami menginginkan semua hasil karya SKa Dokumenter akan memberi daya rekreasi, informasi, dan edukasi, kepada anggota grup dan masyarakat pembaca.

Komunitas ini tentu lebih senang disebut sebagai komunitas atau 'Kelompok Belajar' saja. Sebab di SKa Dokumenter semuanya setara, tak ada ceritanya satu orang lebih unggul dari yang lain. Semua saling berbagi dan saling melengkapi.

Komunitas yang lahir di tengah-tengah pelukan warga Kalisat ini sama sekali tak diniatkan untuk menjadi populer.

SKa Dokumenter memang hanya komunitas kelas kampung atau desa, namun kehadirannya bukan untuk mengusung gagasan kedaerahan, fasis, dan rasis.

Tentang dana. Bisa dibilang, SKa Dokumenter adalah sebuah komunitas warga yang menggantungkan pendanaannya pada iuran mandiri dan donatur antar teman yang tidak mengikat. Itu berlaku hanya jika SKa sedang menggelar acara. Misal, ketika kami menggelar acara Pameran Foto Kalisat Tempo Dulu.

Semangat mandiri tersebut dilakukan hanya agar SKa bisa tetap berdiri di suatu keadaan atau posisi dimana ia tidak terikat dengan pihak manapun yang melemahkan.

Semangat kolektif dan mandiri itu terbukti membuat SKa Dokumenter tak kehilangan independensi.

Sekretariat SKa Dokumenter ada di JL. KH Dewantara 16, desa Kalisat kecamatan Kalisat, Jember.


Kalisat, 23 Juli 2016


Group Sudut Kalisat Dokumenter bisa Anda jumpai di SINI.

Minggu, 18 Oktober 2015

Tembakau di Kaki Raung

Minggu, 18 Oktober 2015
Oleh RZ Hakim

Menuliskan kembali kata-kata Ahmad Dainuri alias Cak Dai;

Kesulitan petani itu bagaimana menghasilkan tembakau yang bermutu. Ternyata menghasilkan tembakau yang bagus, teknologi penanaman tembakau, petani lebih mudah sebenarnya, daripada menghadapi nasib tembakau setelah jadi. Selalu ada alasan kalau tiap tahun, bagaimana harga tembakau turun. Untuk menurunkan harga tembakau itu selalu ada topik-topik, isu-isu baru. Sama seperti hari ini misalkan, judulnya; harga tembakau sekarang turun karena dampak gunung Raung.

Kalau abu vulkaniknya sudah dibersihkan, apa harganya masih turun? Itu kan kalau dijual dengan abunya, turun itu pantas. Tapi kalau abunya tidak ada ya jangan turun. Tidak logis itu. Tidak sportif.

Jadi itu sebenarnya mempermainkan petani. Ya kalau dijual dengan abunya, pantas harganya turun. Karena tembakaunya kotor, karena tembakaunya tambah berat. Tapi kalau sudah dibersihkan?

Silika? Rokok itu kan yang dihisap asapnya, bukan rokoknya. Jadi silikanya nggak masuk. Malah sekarang ada filternya kan? Ada-ada saja alasan mencari hasil yang tinggi dengan mengorbankan pihak-pihak lain. Sehingga bagaimana melakukan perdagangan itu dengan tidak saling menguntungkan. Ya mengancam negara juga. Orang yang melakukan perdagangan yang tidak fair itu. Kenapa? Sebab memiskinkan sebagian orang. Jadi harusnya fair. Itu mengancam negara, karena negara akhirnya tidak ada kalau rakyatnya habis kan? Lha laopo nggawe negoro nek gak enek rakyate?

Kenapa tembakau menjadi sesuatu yang penting sehingga ada di lambang Kabupaten Jember?

Saya tidak tahu seperti apa penjelasan orang-orang dulu ya. Tapi menurut saya basis kehidupan masyarakat Jember secara ekonomi di tingkat petani mungkin memang tembakau. Nah, kalau memang tembakau itu andalan petani, keahlian petani, kemampuan petani, dan sumber daya petani, dan ada di pertanian di Jember, iklimnya menerima, sumber daya alamnya menerima, mengakomodasi, maka Jember --dulu hingga kini-- sebenarnya dibangun oleh tembakau.

Sekarang begini. Ketika Jember itu tahu bahwa ini sebenarnya yang membangun adalah tembakau, lalu apa advokasi Jember terhadap tembakau? Sampai ke tingkat petaninya, advokasinya apa?

Begini. Perusahaan sendiri hanya menjelaskan jenis-jenis tembakau, harga-harga tembakau. Perusahaan tidak terlibat secara emosional dengan petani tembakau. Ia ada hanya saat rokoknya mau dijual saja. Merasa punya kawan petani. Tapi pada saat dia harus membeli tembakaunya petani, pada saat petani harus menanam tembakau, hubungan emosional itu tidak ada. Hubungan mereka terjadi hanya saat jual beli saja. Saat mau jual hasil produksinya sendiri, pada saat dia membutuhkan bahan baku itu. Pada saat si orang yang punya keahlian memproduksi bahan baku itu, tidak ada hubungan emosional itu. Nah ini yang sebenarnya harus ada menurut saya. Perusahaan kalau begitu sebenarnya tidak hanya melihat dirinya sendiri. Dia hanya melihat keuntungannya yang dia pikirkan, kemudian dia hanya melihat bagaimana nasibnya dia sendiri, tidak memikirkan nasib para pihak terkait. Dalam hal ini petani.

Jember harus mati-matian itu, menurut saya. Membela tembakau, membela para petani. Harus! DPR-nya harus! Karena sebagian gedung DPR itu juga dibiayai dari hasil tembakau. Itu harus.

Nah salah satu solusinya adalah bagaimana pemerintah melakukan penguatan terhadap petani, jangan menjadi tim penyuluhnya perusahaan. Tapi harus melakukan penguatan terhadap para petani tembakau, supaya mereka menjadi petani yang kuat. Tetapi menjadi petani yang kuat yang tidak menghabisi perusahaan. Ya petaninya supaya kuat dan untung, dan tidak mengelabui perusahaan. Sekarang yang terjadi, perusahaan tidak pernah rugi. Selalu untung. Petaninya yang jarang untung. Nah, perusahaan itu punya kewajiban memikirkan ini. Jangan hanya memikirkan kesejahteraan para buruhnya saja. Buruhnya yang di sana itu juga tidak akan ada kalau bahan bakunya tidak ada. Jika tembakaunya tidak tersedia, perusahaan tidak akan punya buruh. Dia tidak punya mesin, dia tidak punya apa-apa. Logika sederhana.

Di saya itu yang susah kan begini. Masalahnya Indonesia itu lambangnya Pancasila tapi ikut Yunani. Ekonomi itu kan bahasa Yunani, ekos nomos. Koperasi itu kan disusupi kata ekonomi. Dulu kan tidak ada. Kemudian ekonomi itu menyusup ke pelajaran-pelajaran sekolah.

Tentang Anti tembakau

Mereka kan ujung-ujungnya masalah kesehatan. Di saya, tidak fair juga kalau itu juga mau dihabisi. Kenapa? Sekarang coba adakan penelitian. Misalnya kita bandingkan mobil di jalan raya. Misalkan begini. Mobil di jalan raya itu kerapatannya berapa meter persegi? Jadi, bikin penelitian jarak berapa mobil, jarak berapa mobil. Gitu. Kemudian ada suatu ruangan misalkan, jarak antar manusia merokok semua. Mana yang lebih berbahaya, orang yang hidup di ruangan dan orang yang hidup di jalan raya itu, dipandang secara kesehatan. Kalau rokok itu akhirnya diembargo, diancam keberadaannya karena mengancam kesehatan, harusnya mobil juga tidak ada. Harus bertindak fair secara kesehatan.

Adil. Itu yang harus disediakan kepada manusia untuk hidup.

Mana yang lebih berbahaya, hidup di ruang penuh asap rokok dengan di jalan raya yang tingkat kerapatan mobilnya tinggi? Sepertinya, lebih berbahaya di jalan raya. Ayo coba sudah. Dan itu unsurnya banyak sekali.

Begini. Jarak per dua meter ada orang merokok. Kemudian ada orang yang tidak merokok ada di setiap sela-sela itu. Mereka ada di sana satu jam atau bahkan satu hari. Kemudian diteliti kesehatannya. Kemudian di tempat yang lain ada mobil berjajar-jajar, jarak per dua meter. Mobilnya diam tapi mesinnya hidup semua. Lalu di sela-sela mobil itu ada orang. Bertahan di sana satu jam atau satu hari. Kemudian diteliti kesehatannya. Mana yang lebih berbahaya? Secara alamiah. Nek aku deteksi sing gak nganggo alat deteksi modern, aku nek nang cedhek'e wong ngerokok, iku gak sesek. Iku aku. Cuma mungkin baunya tidak familiar karena mungkin saya tidak merokok. Tapi nek nang sekitar mobil, iku sesek. Pusing. Langsung menyerang otak. Itu baru deteksi dari alat deteksi yang ada di dalam tubuh kita.

Ya harus fair. Bicara kesehatan harus fair. Terhadap apapun! Tak hanya pada rokok.

*Wawancara dengan Ahmad Dainuri, 16 Oktober 2015
Sudut Kalisat © 2014